Senin, 25 Februari 2019

INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN

INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN


 BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Dalam proses belajar mengajar, guru bertugas sebagai penyampai materi sekaligus berkewajiban mengembangkan topik pembelajaran agar memberikan hasil belajar yang optimum, Boyce, dkk. 1997 (dalam nurulelkhalieqy). Untuk mencapai tujuan ini maka diperlukan inovasi media pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa belajar dengan mudah dan efisien berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang diberikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Media pembelajaran dapat diakui apabila dapat dipergunakan secara luas dalam pembelajaran dan terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar (prestasi belajar siswa). Dengan demikian, media pembelajaran sebaiknya fleksibel terhadap hasil dan tujuan pembelajaran sehingga penyampaian materi menjadi terfokus.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang berbagai Media Pembelajaran yang mengalami perkembangan dari zaman tradisional ke zaman modern.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian media pembelajaran.
2.      Pengenalan berbagai media pembelajaran yang mengalami inovasi.
3.      Sebab-sebab media pembelajaran tersebut mengalami inovasi.

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian media pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui Pengenalan berbagai media pembelajaran yang mengalami inovasi.
3.      Untuk mengetahui Sebab-sebab media pembelajaran tersebut mengalami inovasi.

BAB I
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inovasi Media Pembelajaran
Bahasa inovasi media pembelajaran terdiri dari tiga kata yakni kata inovasi, media dan kata pembelajaran. Inovasi memiliki arti pembaharuan.  Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Inovasi juga biasa dikatakan suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.  Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
sedangkan pembelajaran memiliki arti sebuah kegiatan penyampaian ilmu pengetahuan dari seorang tenaga pendidik kepada para peserta didiknya. Menurut Yunus Abidin (2014:1) berdasarkan pengertia pembelajaran yang berpusat pada sudut pandang kognitif, ia mengatakan pembelajaran adalah upaya guru untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengerahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Pembelajarn dalam definisi ini bukanlah sebuah pemberian pengetahuan, melainkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa dan untuk siswa melalui optimalisasi kinerja kognitifnya. 
Sehingga dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa inovasi media pembelajaran merupakan sebuah upaya pembaharuan terhadap berbagai komponen yang diperlukan dalam penyampaian materi pelajaran berupa ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik kepada para peserta didik dengan tujuan untuk memberikan optimalisasi kinerja koknitif terhadap siswa.
B.     Pengenalan berbagai media pembelajaran yang mengalami inovasi.
1.      Media Pembelajaran Visual
2.    Media Pembelajaran Audio – Visual
Media pembelajaran audio visual merujuk kepada media pembelajaran yang padanya mengandung komponen (unsur) berupa visual (pemandangan/gambar/dilihat) dan audio (suara/didengar). Jadi media pembelajaran audio visual adalah perantara atau penyampai pesan pembelajaran yang mengandung komponen visual dan suara. Karena menggunakan lebih dari satu indera dalam pemanfaatannya, maka media audiovisual seringkali juga dimasukkan ke dalam kelompok multimedia.

Media pembelajaran audio visual terdiri dari beragam bentuk. Jika kita menengok ke beberapa dekade yang lalu maka kitapun sudah mengenal media pembelajaran audio visual tradisional seperti:

·                     Media pembelajaran audio visual jenis taktil (sentuh) seperti globe (bola bumi), beragam bentuk peta dan relief, serta berbagai bentuk media pembelajaran manipulatif lainnya.
·                     Media pembelajaran visual seperti slide, foto-foto, film, dan rekaman video.
·                     Media pembelajaran audio seperti rekaman pita kaset, CD (Compact Disc), dan sebagainya.
Perkembangan Jaman dan Media Pembelajaran Audio Visual
Perkembangan jaman telah membawa revolusi besar dalam pengembangan media pembelajaran yang digunakan di kelas-kelas. Beragam produk digital telah memperkaya dan memfungsikan media pembelajaran lebih dari sebelumnya. Sekarang ini sangat mudah kita temui dan bahkan dibuat langsung oleh guru, beragam media pembelajaran audio visual modern untuk digunakan bersama-sama alat elektronik dan gadget seperti CD ROM, DVD (digital video disc), audio book, video klip, dan CD musikal. Media-media pembelajaran berbasis web dan software-software (perangkat lunat) pun merambah masuk ke kelas-kelas untuk memaksimalkan pembelajaran. Para penerbit (dalam skala industri) bahkan bersaing untuk memperoleh keuntungan dari perkembangan media digital berbasis audio visual ini dengan meluncurkan beragam produk. Para penerbit dan produsen ini merancang media-media audio visual dengan sangat menariknya.

Produk Media Audio Visual dan Kebutuhan Pembelajaran
3.      Karena itulah, perlu seleksi yang ketat apabila guru dan sekolah menggunakan produk-produk yang dihasilkan oleh para produsen media pembelajaran ini, karena seringkali mengacu pada penggunaan dana yang cukup besar ditambah begitu cepatnya perkembangan kemajuan dan inovasi yang ditawarkan. Apabila direncanakan untuk membeli produk-produk media pembelajaran audio visual yang ditawarkan tentu sebaiknya direview terlebih dahulu seberapa cocokkah konten yang dihadirkan dan seberapa efektif dan efisienkan produk media pembelajaran audio visual itu bila digunakan dalam pembelajaran. Pembelian produk-produk ini dapat dilakukan jika guru belum mempunyai kemampuan dalam merndesain dan memproduksi sendiri media audio visual sejenis. Alangkah lebih bagusnya apabila guru sendiri mampu merancang dan membuat media pembelajaran berbasis audio visual modern untuk digunakan di kelas yang diampunya sehingga bersesuaian dengan kebutuhannya sendiri. Guru sangat penting untuk mampu membuat media pembelajaran audio visual sendiri, karena pada era sekarang beragam konten yang bersifat gratis dan terbuka untuk digunakan secara bebas tersedia dengan melimpah di berbagai website (internet). Guru tinggal memadukan, memodifikasi, atau mengadaptasi sesuai keperluannya dalam pembelajaran. Guru dapat memadukan beragam gambar, video klip, suara, musik, dan teks dalam format power pointatau flash. Guru bahkan dapat membuat media pembelajaran berbasis audio visual yang bersifat interaktif sehingga dapat meningkatkan beragam aktivitas belajar siswa.
C.     Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri.  Dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang- ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhinya. Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu: Al- Qur’an, As- Sunnah dan Perundang- undangan yang berlaku di Negara kita.
a.       Al- Qur’an
Al- Qur’an adalah kalam Allah yang telah diwahyukan- Nya kepada nabi Muhammad bagi seluruh umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasamanian) dan alam semesta. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al- Qur’an. Dengan berpegang kepada nilai- nilai Al- Qur’an terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam--, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai- nilai ‘ubudiyah pada Khaliqnya.
Dengan sikap ini, maka proses pendidika Islam akan senantiasa terarah dan mampu menciptakan dan mengantarkan out putnya sebagai manusia berkualitas dan bertanggungjawab terhadap semua aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dilihat, bahwa hampir dua pertiga dari ayat Al- Qur’an mengandung nilai- nilai yang membudayakan manusia dan memotivasi manusia untuk mengembangkan lewat proses pendidikan. Proses kependidikan tersebut bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah individu peserta didik, secara bertahap dan berkesinambungan, tanpa melupakan kepentingan perkembangan zaman dan nilai Ilahiah. Kesemua proses kependidikan Islam tersebut merupakan proses konservasi dan transformasi, serta internalisasi nilai- nilai dalam kehidupan manusia sebagaimana yang diiinginkan oleh ajaran Islam. Dengan upaya ini, diharapkan peserta didik mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.


b.      As- Sunnah
As- Sunnah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Qur’an. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa. Dari sini dapat dilihat bagaimanan posisi dan fungsi hadits Nabi sebagai sumber pendidikan Islam yang utama setelah Al- Qur’an. Eksistensinya merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan nabi dari pesan- pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam Al- Qur’an, maupun yang terdapat dalam Al- Qur’an.
Lewat contoh dan peraturan- peraturan yang diberikan Nabi, merupakan suatu bentuk pelaksanaan pendidikan Islam yang dapat ditiru dan dijadikan referensi teoritis maupun praktis. Proses pelaksanaan pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai dengan potensi yang dimilki peserta didik, kebiasaan (adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar- pilar akidah Islamiah. Dengan mengacu pada pola ini, menjadikan pendidikan
Islam sebagai piranti yang tanggu dan adaptik dalam mengantarkan peserta didiknya membangun peradaban yang bernuansa Islami.

c.       Perundang- undangan yang berlaku di Indonesia
Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:
Ayat 1 berbunyi: “ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Ayat 2 berbunyi: “ Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu.”
Sedangkan dari Undang- undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama yang benar- benar memadai. Di antara syarat dan prasyarat agar peserta didik dapat menjalankan peranannya dengan baik diperlukan pengetahuan Pendidikan Islam. Ilmu Pendidikan Islam merupakan ilmu praktis maka peserta didik diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh baik teoritis maupun praktis, sehingga ia benar- benar mampu memainkan peranannya dengan tepat dalam hidup dan kehidupan.

D.    Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu usaha atau kegiatan. Dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau maqasid. Sedang dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan “goal atau purpose atau objective”14 Suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan tersebut bukan tujuan akhir, kegiatan selanjutnya akan segera dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir. Dalam merumuskan tujuan tentunya tidak boleh menyimpang dari ajaran Islam. Sebagaimana yang telah diungkapkan Zakiyah Darajat dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama Islam menyebutkan tiga prinsip dalam merumuskan tujuan yaitu:
a. Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa dan raga,
keturunan, harta, akal dan kehormatan.
b. Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang diperlukan mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.
c. Mewujudkan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan.
Pendidikan agama Islam di sekolah / madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembangdalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Penekanan terpenting dari ajaran agama Islam pada dasarnya adalah hubungan antar sesama manusia yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas sosial itu.
Sejalan dengan hal ini, arah pelajaran etika di dalam al Qur’an dan secara tegas di dalam hadis Nabi mengenai diutusnya Nabi adalah untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu itu. Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak  dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mempu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

D.    Fungsi Pendidikan Agama Islam
Sebagai suatu subyek pelajaran, pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing lembaga pendidikan.18 Namun secara umum, Abdul majid mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :
1.      Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2.      Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3.      Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-nya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian menta, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4.      Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekuranga –Kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6.      Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
7.      Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

E.     Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara umum, sebagaimana tujuan pendidikan agama islam di atas, maka dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Yaitu,
1.      Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2.      Dimensi pemahaman atau penalaran intelektual serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
3.      Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.
4.      Dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran islam yang telah di imani, dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk mengamalkan ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadinya serta merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sedang menurut Hasbi Ash-Shidiqi, ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :
1.      Tarbiyah jismiyyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya.
2.      Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang hasilnya dapat mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.
3.      Tarbiyah adabiyah, segala sesuatu praktek maupun teori yang dapat meningkatkan budi dan meningkatkn perangai. Tarbiyah adabiyah atau pendidikan budi pekerti/akhlak dalam ajaran islam merupakam salah satu ajaran pokok yang mesti diajarkan agar umatnya memiliki dan melaksanakan akhlak yang mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya diatas jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (akhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru sebisa mungkin mengarahkan anak untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam.

I.       PENUTUP

KESIMPULAN
           
Pendidikan Agama Islam merupakan atau sebuah system perubahan untuk membentuk manusia yang baik, bermutu, bertakwa, dan beriman, serta patuh pada Tuhan yang Maha Esa. Sebagai mana tujuan dari pendidikan Agama Islam itu sendiri. Adapun jika ketidak berhasilan pencapaian tujuan pendidikan Agama Islam tersebut, sebagai orang yang beriman kita tahu pasti itu tidak lepas dari campur tang sang pencipta dan menjadi pekerjaan rumah yang besar oleh kita kedepannya sebagai seorang pendidik.

DAFTAR PUSTAKA

http://nurulelkhalieqy.blogspot.co.id/2012/03/analisis-sumber-belajar-dan-media.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar